Hubungan Manis dengan Wanita Berkebaya: Kisah Malam

Posted on

Hubungan Manis dengan Wanita Berkebaya: Kisah Malam

Namaku Reno, dan aku adalah mahasiswa di sebuah PTS ternama di Jogja. Meski aku kuliah di Jogja, tapi aku punya usaha yang cukup untuk aku bisa menepuk dada di depan Orang lain terutama untuk seusiaku, bagaimana tidak jika aku berangkat kuliah naik Great Corolla hasil jerih payahku sejak aku SMA yaitu bisnis ternak ayam potong.

Memang sih sepertinya kurang keren, bagiku itu tidak masalah selama hasilnya bisa mencukupi kebutuhanku bahkan lebih hingga aku pun mulai mengenal dunia malam, dunia gemerlap… Hingga pada suatu malam aku menghabiskan waktuku bersama teman2ku di sebuah klub malam, waktu sudah menunjukkan pukul 1 Dini hari.

Aku pun pamit karna pagi nanti aku ada janji dengan klien yang ingin bekerja sama denganku. Biasanya kalau sudah begini aku memilih tidur di kandang ayamku daripada pulang ke kost karna bakalan bangun kesiangan dan malas untuk ke kandang yang letaknya 50 kilometer dari kostku.
Setidaknya kalau aku bangun kesiangan aku gak perlu menempuh jarak puluhan kilo dengn posisi masih ngantuk dan tergesa-gesa karna ditunggu klien baruku yang akan menjadi langgananku nantinya. Meski sebenarnya ada beberapa karyawanku tapi aku lbih puas jika bertemu langsung dengan para klienku.

Meski sedikit kantuk dan masih terpengaruh alk*hol tapi aku masih punya sisa kesadaran untuk nyetir malam. Hingga di suatu tempat tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok wanita yang melambaikan tangannya untuk menarik perhatianku,

Aku coba menebak kalau ibu-ibu ini hendak numpang ke pasar induk yang tak jauh dari tempat usahaku, karna memang sedari tadi aku belum melihat kendaraan angkutan, hanya beberapa kendaraan pribadi yang mungkin tidak mau berhenti untuk memberikan tumpangan.

Ya iyalah dini hari jalanan sepi dan harus memberi tumpangan untuk orang tak dikenal, siapa yang mau? Kecuali aku yang mungkin karna terpengaruh alkohol tak ada rasa was2 entah ibu itu komplotan perampok atau bahkan mahluk halus.

Aku pun menghentikan mobilku tepat di depan ibu itu, kubuka kaca jendelaku, kulihat seorang ibu berumur sekitar 40 tahunan mengenakan kebaya, samar-samar wajahnya tidak jelek dan cantikpun tidak, tapi b*lahan d*d*nya yang kulihat dibalik selendangnya yang terurai karna berusaha menunduk agar bisa bertatap muka dwnganku yang masih duduk di kemudi sedan kesayanganku membuatku berfikir licik.

Tanpa berbasa-basi ibu itupun meminta tumpangan untuk ke pasar induk, tapi karna aku yang masih sedikit mabok dan melihat belahan d*d* ibu itu kembali saat ibu itu berusaha mengangkat sayuran dalam bakul yang diletakkannya di tanah untuk dibawa masuk kedlam mobilku.

Dan kemudian mengetuk pintu belakang seolah minta dibukakan pintu, dengan berat hati kutarik handle dari dalam dan ibu itu meletakan barang dagangannya diatas jok mobil yang beberapa hari lalu aku lapisi kulit di bengkel variasi.

Dengan sedikit ketus aku meminta ibu itu untuk duduk di depan saja, si ibu yang sedikit canggung ahkirnya mau juga pindah duduk di depan sambil terus meminta maaf karena merepotkanku. Dan niat jahatku tiba-tiba muncul ketika aku melirik si ibu dan sepintas melihat bel*han d*d*nya

Entah karna aku masih terpengaruh alk*hol. Ahirnya sedapatnya aku berusaha menguasai keadaan dengan berkata; “gak papa kok bu numpang mobil saya, asal saya boleh numpang juga sama ibu? Raut wajahnya yang semula lega karna dapat tumpangan mendadak jadi cemas dan ia pun sedikit ketus menjawab;

“Maksud mas apa? Saya cuma mau numpang, tapi kalau mau saya juga bisa bayar! Dengan nada agak marah. Sambil berusaha mencari handle pintu beberapa saat kemudian ia menyerah karna pintu sudah aku kunci dengan central lock. ayolah bu aku cuma numpang tangan ibu buat ngoc*kin kont*ku bu… gak ada yang tahu dan ibu bisa sampai pasar lebih pagi selorohku…

Si ibu mendadak lebih tenang meski pandangannya masih mengarah keluar, aku pun mencoba meraih tangannya dan meletakkannya di kont*ku yang sudah mulai mengeras sejak kukeluarkan dari celana ketika ibu itu marah2. Mungkin karena penasaran dengan ukuran kont*ku yang diatas rata-rata,
Ahkirnya ibu itu membalukkan badannya dan kembali meletakkan tangannya tepat diatas kont*ku kali ini tangannya lebih mencengkeram sambil memalingkan muka ia berkata; ya udah mas, ayo jalan… bak gayung bersambut mobil pun mulai kujalankan sambil ibu itu megelus kont*ku.
Entah aku merasa dicurangi atau karna mwmang aku sudah gak kuat menahan n*fsu karna dari tadi si ibu hanya mengelus kont*ku tanpa bersemangat, ahkirnya ketika. Aku melewati sebuah hutan, kubelokkan mobilku masuk ke jalan setapak, dan si ibu pun sedikit protes karna aku sudah keluar jalur.

Aku menghentikan mobil dan melompat ke jok belakang, dengan nada sedikit keras aku berkata, sini bentar buk… si ibu berusaha menolak dengan berkata; mau ngapain mas? Sudah bu, sini bentar keburu subuh kataku…. ahkirnya si ibu itupun menuruti permintaanku untuk pindah ke jok belakang.

Dengan mencincingkan kain batiknya si ibu melompat ke jok belakang. Aku pun dengan sigap menyambut tubuhnya dan mendaratkannya di pangkuanku, kusingkapkan kain batik yang membalut bagian bawah tubuhnya lalu kuremas m*kinya dengan tangan kiriku d tangan kananku pun meremas tok*tnya yang sejak tadi. Mengganggu pikiranku.

Akhirnya karna aku sudah tak kuat dan waktu juga keburu subuh kulepas cel*na d*lam si ibu yang bisa dibilang sudah rombeng di beberapa bagian, pant*tnya kuangkat sambil tangan kiriku memperbaiki posisi si k*nti agar mudah menemukan lubang m*kinya dan jleb….

kur*mas dua gunung kembarnya saat k*ntiku masuk kedalam liang kenikmatannya… sesekali si ibu berusaha mengangkat pinggulnya untuk mengoc*k k*ntiku dengan v*ginanya, aku pun menggerak-gerakkan pinggulku meski dengan gerakan tak beraturan hungga ahkirnya… jruuuuthhh.

Creeet crreet… aku pun mencapai puncak kenikmatan tanpa peduli pada kepuasan si ibu dan memindahkannya duduk disampingku, segera aku berpindah ke kursi kemudi sambil merapihkan celanaku dan melaju ke arah pasar induk. Sesekali kulihat dari kaca spion ibu itu masih sibuk merapihkan kebaya dan kain batiknya.